Selasa, 24 September 2013

Kesehatan


PENGERTIAN POLA HIDUP SEHAT MENURUT PARA AHLI - Pengertian pola hidup sehat yaitu hidup dengan gaya yang lebih fokus kepada kesehatan, baik itu melalui prilaku, makanan, bahkan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan menuju hidup sehat baik jasmani ataupun rohani.

Jadi gaya hidup seseorang lah yang menopang pola hidup sehat nya, karena dengan gaya hidup sehat maka pengertian pola hidup sehat secara otomatis lakukan. Jika gaya hidup sudah terbiasa meminum alkuhol, merokok, mengkonsumsi obat kimia, narkoba, jalan malam setiap hari ini adalah contoh-contoh hidup yang tidak sehat dan berpengaruh terhadap kesehatan.

Pengertian Pola Hidup Sehat Menurut Ahli: Menurut Kotler, pola hidup sehat yaitu gambaran dari aktivitas / kegiatan yang di dukung oleh minat, keinginan dan bagaimana pikiran menjalaninya dalam berinteraksi dengan linkungan. Tentunya terhadap hal-hal baik.

Orang-orang dahulu memiliki tubuh yang sehat bahkan umur lebih panjang, padahal mereka semua belum mengerti tentang pola hidup sehat secara alami atau hidup berkualitas, tapi kenapa mereka selalu sehat? Jawabannya adalah mereka memakan makanan yang segar, tanpa menggunakan pengawet dan tanpa ada zat zat kmia.

Mereka tidak mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung zat kimia. Sedangkan orang-orang saat ini terlalu sibuk bekerjaan, mengkonsumsi zat kimia, lupa waktu makan, tidur tidak teratur, mekan makanan siap saji dan selalu meminum suplemen penambah energi.

Dan tak jarang diantara  orang pada saat ini meninggal di usia muda, baik itu terkena penyakit komplikasi, seperti jantung, kanker, stroke, sakit darah tinggi, dan sakit diabetes. Menurut data di WHO 70 % kematian pada masyarakat di dunia akibat penyakit tersebut.

Pengertian Kesehatan atau pola hidup sehat menurut pandang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 1948  menyatakan  bahwa pengertian kesehatan adalah “suatu keadaan mental, fisik, kesejahteraan sosial dan bukan hanya pada ketida adaan penyakit kepada seluruh manusia”. Sedangkan pengertian pola hidup sehat wikipedia adalah keadaan sejahtera pada badan, jiwa serta sosial yang memungkinkan setiap individu hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Di  tahun 1986 WHO, di dalam Piagam Ottawa untuk mempromosikan Kesehatan, menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya untuk kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup sehat adalah konsep positif dalam menekankan sumber daya sosial dan sumber daya pribadi, serta kemampuan pada fisik.

Pengertian / Maksud Kesehatan Menurut Undang-Undang
Dalam Undang-Undang ini yang maksud dari pengertian kesehatan adalah:
1.   Kesehatan yaitu  keadaan sejahtera from badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap individu hidup produktif dengan sosial dan ekonomis.
2.   Upaya kesehatan adalah seluruh kegiatan untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang akan dilakukan oleh seluruh pemerintah atau masyarakat.
3.   Tenaga kesehatan adalah seluruh orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan (didalam kesehata) melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis-jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4.   Sarana kesehatan adalah tempat-tempat yang akan digunakan untuk menyelenggarakan dalam upaya kesehatan.
5.   Kesehatan adalah sesuatu yang berguna bagi kehidupan seluruh masyarakat Indonesia.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya menanggulangi dan mencegah gangguan terhadap kesehatan yang memerlukan pengobatan, pemeriksaan, atau perawatan terhadap kesehatan termasuk juga kehamilan dan persalinan.

Pendidikan kesehatan adalah proses membantu orang dengan bertindak secara sendiri-sendiri atau secara kolektif, untuk menjadikan keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai segala hal yang memengaruhi tentang kesehatan pribadi dan orang lain.

Sedangkan Larry Green dan para koleganya menulis bahwa pendidikan kesehatan atau pola hidup sehat adalah kombinasi dalam pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah antara adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan seseorang.

Sebuah data menunjukkan bahwa lebih dari 80 % rakyat republik Indonesia tidak mampu mendapatkan jaminan kesehatan dari lembaga ataupun perusahaan-perusahaan kesehatan, seperti jamsostek, Akses, dan Taspen.

Golongan masyarakat bawah ‘teranaktirikan’ di dalam jaminan kesehatan adalah mereka semua golongan masyarakat kecil dan pedagang kelas bawah. Di dalam pelayanan kesehatan masyarakat, masalah ini menjadi lebih suram, berhubung manajemen pelayanan kesehatan tidak saja berhubungan beberapa kelompok manusia, akan tetapi sifat khusus dari pelayanan kesehatan sendiri.
Cinta POLA HIDUP SEHAT
Aspek-Aspek Kesehatan
Dasar-dasar kesehatan itu meliputi empat aspek di dalam kehidupan bermasyarakat:
A. Kesehatan fisik akan terwujud jika sesorang tidak mengeluh sakit dan memang secara objektif tidak terlihat sakit. Seluruh organ tubuh berfungsi secara normal atau tidak ada gangguan.

B. Kesehatan mental (jiwa) mencakup di dalam tiga komponen yaitu: spiritual, pikiran dan emosional.
1.   Pikiran sehat akan dicerminkan dari cara berpikir dan jalan pikiran seseorang.
2. Emosional sehat akan dicerminkan dari kemampuan seorang manusia untuk mengekspresikan sebuah emosi, misalnya kuatir, takut, gembira, sedih dan lain-lain.
3.   Spiritual sehat akan dicerminkan dari cara seseorang di dalam mengekspresikan prasaan syukur, rasa pujian, kepercayaan dan lain-lain terhadap sesuatu di luar alam dunia, yakni Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Contohnya sehat spiritual terlihat dari praktik pengamalan keagamaan seseorang atau sehat spiritual adalah keadaan seseorang hammad dalam menjalankan ibadah dengan semua aturan-aturan agama Islam.

C. Kesehatan sosial akan terwujud jika seseorang mampu berhubungan dengan kelompok lain atau orang lain secara baik dan benar, tanpa membeda-bedakan ras, suku, kepercayan, status sosial, status ekonomi, pandangan politik, dan lain-lain, serta saling bersikap toleran dan menghargai karna Allah menciptakan manusia ini sama semuanya yang membedakan hanya keImanannya pada Allah SWT.

D. Kesehatan dilihat dari aspek ekonomi bila seseorang yang telah dewasa produktif, maksudnya mempunyai kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu untuk menyokong kehidupnya sendiri atau keluarganya secara harta benda (finansial).

Bagi yang belum dewasa msih siswa atau mahasiswa dan seseorang yang telah usia lanjut, dengan sendirinya batasan pada aspek ekonomi tidak berlaku. Oleh karna itu, bagi sebagian kelompok, yang berlaku hanyalah produktif secara sosial, yakni mempunyai sebuah kegiatan yang berguna terhadap kehidupan mereka nantinya, misalnya berprestasi di sekolah bagi siswa atau mahasiswa dan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan bagi yang telah usia lanjut.

Tujuan Kesehatan Dalam Segala Aspek
Tujuan nasional adalah memajukan / meningkatkan kesejahteraan bangsa, berarti memenuhi seluruh kebutuhan dasar dari manusia: papan, sandang, pangan, pendidikan, lapangan kerja, kesehatan, dan ketenteraman dalam hidup.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah menciptakan hidup sehat bagi seluruh penduduk, jadi ada rasa tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang maksimal berada di tangan semua masyarakat Indonesia, pemerintah dan pekerja swasta secara bersama-sama.

Tujuan dan Ruang Lingkup dalam Kesehatan Lingkungan
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dibagi menjadi dua, secara khusus dan secara umum. Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan yang akan dibahas terlebih dahulu tentang tujuan dan rung lingkup secara umum:
1.   Melakukan koreksi serta perbaikan terhadap seluruh bahaya serta ancaman terhadap kesehatan serta kesejahteraan hidup umat manusia.
2.   Melakukan pencegahan menggunakan cara mengatur sumber-sumber lingkungan didalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup umat manusia.
3.   Melakukan kerja sama (gotong royong) dan menerapkan program terpadu antara masyarakat dan institusi-institusi pemerintah serta lembaga-lembaga non-pemerintah dalam menghadapi bencana alam ataupun wabah penyakit yang menular.

Dan tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan yang berikutnya yaitu secara khusus meliputi usaha-usaha dalam perbaikan lingkungan hidup manusia:
1.   Menyediakan sarana air bersih yang masuk dalam persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman diproduksi dengan skala besar dan dikonsumsi oleh seluruh masyarakat.
3. Pencemaran udara karna pembakaran BBM, kebakaran hutan, batubara dan gas-gas beracun yang berbahaya terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lain dan menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem di dunia.
4. Limbah cair dan zat padat yang bersumber dari rumah tangga, perternakan, pertanian, rumah sakit, industri, dan sebagainya.
5. mengontrol arthropoda dan rodent yang menjadi fektor terhadap penyakit dan cara mengatasi penularan penyakitnya.
6.   Perumahan dan bangunan layak huni dan memenuhi standar dalam syarat kesehatan.
7.   Kesehatan kerja, Kebisingan dan radiasi.
8. Survei sanitasi untuk pemantauan, perencanaan, dan evaluasi terhadap program kesehatan di lingkungan.

Tujuan Pembangunan Kesehatan
Untuk pembangunan jangka panjang di dalam bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan utama:
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu  menolong diri sendiri dalam kesehatan.
2.   Memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesehatan anggota masyarakat.
3.   Meningkatkan status gizi masyarakat.
4.   Mengurangi kesakitan (morbiditas) dan menurunkan angka kematian (mortalitas).
5.  Mengembangkan keluarga yang selalu sehat dan sejahtera.

Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Di negara repoblik Indonesia ini memiliki Dasar-dasar pembangunan di bidang kesehatan nasional adalah:
1. Semua warga negara berhak mendapatkan derajat kesehatan yang optimal supaya dapat bekerja dan hidup layak dengan martabat manusia.
2. Pemerintah serta masyarakat memiliki tanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan setiap rakyat.
3. Penyelenggaraan usaha kesehatan yang diatur secara teratur oleh pemerintah dan dilakukan dengan serasi dan seimbang oleh pemerintah bersamaan dengan seluruh masyarakat.

Sabtu, 14 September 2013

mengapa semua ini terjadi

awal aku mengenal mu aku merasa kau lelaki yang sangat menyebalkan yang selama ini aku kenal. kau membuat ku merasa betek saat aku dekat mu, dan ku rasa aku menyesal telah mengenal mu. kenapa kau hadir...aku pun bertanya pada diri ku mengapa aku sangat benci pada mu kau dan aku selalu bertengkar dari saat pertama bertemu, dalam hati pun menjongkol salahnya kau adalah abang kelas ku kalau tidak huuh payah lah pokoknya, eehh,dan yang gak ku sangka diam-diam kau mempunyai rasa sama ku dan aku pun begitu cuek kepada mu sampai kau mengasi kode kau menpunya rasa pun aku tak ada respon sama sekali. dan akhirnya apa' aku yang sekarang menyayangi mu. benar kata semua orang kalau setiap orang pasti merasakan sebuah karma. aku mencoba melupakan mu dikit demi sedikit walau itu berat aku rasakan karna sosok mu selalu hadir di setiap hari-hari ku, dan aku juga menyesal meninggalkan seseorang yang benar-benar menyayangi ku demi kau seorang. aku menyesal telah membuat dya menangis demi aku wanita yang sudah jahat telah mengecewakan dan meninggalkan dya. maaf, mungkin bukan aku orang yang terbaik buat kamu masih banyak wanita yang lebih baik dari aku, biar kan aku menyediri memikirkan semua kesalahan yang aku perbuat selama ini. semoga aku berubah untuk cinta ku yang kedepannya nanti.
awal aku mengenal mu aku merasa kau lelaki yang sangat menyebalkan yang selama ini aku kenal. kau membuat ku merasa betek saat aku dekat mu, dan ku rasa aku menyesal telah mengenal mu. kenapa kau hadir...aku pun bertanya pada diri ku mengapa aku sangat benci pada mu kau dan aku selalu bertengkar dari saat pertama bertemu, dalam hati pun menjongkol salahnya kau adalah abang kelas ku kalau tidak huuh payah lah pokoknya, eehh,dan yang gak ku sangka diam-diam kau mempunyai rasa sama ku dan aku pun begitu cuek kepada mu sampai kau mengasi kode kau menpunya rasa pun aku tak ada respon sama sekali. dan akhirnya apa' aku yang sekarang menyayangi mu. benar kata semua orang kalau setiap orang pasti merasakan sebuah karma. aku mencoba melupakan mu dikit demi sedikit walau itu berat aku rasakan karna sosok mu selalu hadir di setiap hari-hari ku, dan aku juga menyesal meninggalkan seseorang yang benar-benar menyayangi ku demi kau seorang. aku menyesal telah membuat dya menangis demi aku wanita yang sudah jahat telah mengecewakan dan meninggalkan dya. maaf, mungkin bukan aku orang yang terbaik buat kamu masih banyak wanita yang lebih baik dari aku, biar kan aku menyediri memikirkan semua kesalahan yang aku perbuat selama ini. semoga aku berubah untuk cinta ku yang kedepannya nanti.

Jumat, 06 September 2013

Sejarah Kota Bali

Pasar di Bali Tempo Doeloe
Menengok Denpasar dua seperempat abad silam.
Setelah 20 tahun merayakan hari ulang tahun dengan tonggak peresmian sebagai Kotamadya pada 27 Februari 1992, mulai tahun 2013 ini Denpasar merayakan hari jadi dengan mengambil tonggak pendirian Puri Denpasar tahun 1788. Itu sebabnya, perayaan HUT Kota Denpasar tahun ini ditandai sebagai hari jadi ke-225.
Penetapan tahun 1788 sebagai tonggak pendirian Kota Denpasar ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 tahun 2012 tentang Hari Jadi Kota Denpasar. Seperti apa sebetulnya Denpasar dua seperempat abad lalu?
Berikut sekelumit sejarah berdirinya kota Denpasar.
Pada mulanya adalah sebuah taman. Tapi, ini bukan sekadar taman. Ini taman kesayangan Raja Badung Kyai Jambe Ksatrya yang beristana di Puri Jambe Ksatrya di Pasar Satria sekarang hingga ke utara. Taman ini dilengkapi dengan tempat peraduan yang diperuntukkan khusus bagi tamu-tamu yang datang dari luar Badung.
“Kalau dibandingkan dengan sekarang, taman itu semacam villa peristirahatanlah,” kata AA Ngurah Putra Darmanuraga, tokoh Puri Pemecutan yang juga penekun sejarah.
Sang Raja dikenal suka bermain adu ayam. Pada masa itu, raja kerap mengundang raja-raja lain di Bali untuk bermain adu ayam. Raja-raja undangan itulah yang kerap ditempatkan di taman sang Raja.
“Taman itu diserahkan pengelolaannya kepada I Gusti Ngurah Made Pemecutan dari Puri Kaler Pemecutan atau Puri Kaler Kawan,” kata Damranuraga.
Taman itu terletak di sebelah utara pasar, tepatnya di rumah jabatan Gubernur Bali sekarang (Jaya Sabha). Awalnya pasar terletak di lapangan Puputan Badung sekarang, tapi pada zaman Belanda pasar itu dipindah ke dekat Tukad Badung sehingga dikenal sebagai Pasar Badung.
Karena terletak di utara pasar, taman itu diberi nama Taman Denpasar. Kata den dalam bahasa Bali memang berarti ‘utara’. Banyak daerah di Bali yang diawali dengan kata den yang menunjuk makna utara, seperti Denbukit (nama lain Buleleng yang berlokadi di sebelah utara gunung/bukit).
Pada tahun 1779 terjadi konflik antara Kyai Jambe Ksatrya dengan I Gusti Ngurah Rai. Padahal, I Gusti Ngurah Rai tak lain orang kepercayaan Kyai Jambe Ksatrya, terutama dalam hal permainan aduan ayam. Konflik ini berujung pada terbunuhnya Kyai Jambe Ksatrya.
Pascaterbunuhnya Kyai Jambe Ksatrya, kekuasaan dilimpahkan kepada I Gusti Ngurah Made Pemecutan. Pelimpahan kekuasaan kepada I Gusti Ngurah Made Pemecutan menandai berakhirnya kekuasaan Puri Jambe Ksatrya. Pasalnya, I Gusti Ngurah Made Pemecutan mendirikan istana baru di Taman Denpasar. Istana baru itulah dinamai Puri Denpasar. I Gusti Ngurah Made Pemecutan pun dinobatkan sebagai Raja Denpasar I.
Kompromi
“Puri Denpasar inilah yang di-pelaspas pada tahun 1788. Dalam tradisi Bali, upacara pemelaspas adalah bentuk peresmian sebuah tempat,” kata Guru Besar Sejarah Fakultas Sastra Unud yang juga Ketua Tim Peneliti Sejarah Kota Denpasar, AA Bagus Wirawan.
Itu sebabnya, tim peneliti merekomendasikan tahun 1788 sebagai tonggak kelahiran Kota Denpasar. Alasannya, ketika sebuah puri berdiri, itu berarti munculnya sebuah kota. Pasalnya, pada masa kerajaan puri menjadi pusat pemerintahan.
Selain itu, puri juga menjadi pusat budaya serta pusat perekonomian masyarakat karena di dekat puri berdiri alun-alun serta pasar.
“Sebelumnya nama Denpasar memang sudah muncul, tapi belum sebagai kota. Begitu dijadikan puri, saat itulah Denpasar itu berubah menjadi sebuah kota,” kata Wirawan.
Lantas, kapan tanggal dan bulan pendirian Kota Denpasar? Menurut Darmanuraga, merunut pada Raja Bandana Purana disebutkan Puri Denpasar dipelaspas pada hari Tumpek Landep, 1 Februari 1788. Tumpek Landep memang menjadi hari petoyan, wedalan atau patirtaan di Pemerajan Agung Puri Denpasar. Jika merujuk pada kalender 2200 tahun karya IB Suparta Ardana, pada tahun 1788 ada dua hari Tumpek Landep yakni 5 April 1788 dan 1 November 1788.
“Ada kemungkinan bulan Februari itu salah kutip. Yang benar mungkin 1 November 1788,” kata Darmanuraga.
Tapi, tim peneliti bersama Pemkot Denpasar dan DPRD Denpasar memutuskan tetap menggunakan tanggal 27 Februari sebagai hari jadi, tetapi tonggak tahun diambil 1788. Wirawan menyatakan hal itu sebagai bentuk kompromi sejarah. Tanggal 27 Februari tetap dipilih karena didasari pertimbangan masyarakat Denpasar sudah terbiasa merayakan hari jadi kotanya pada tanggal itu. Tapi, untuk kepentingan membangun kesadaran sejarah, tahun 1788 dipilih sebagai momentum tahun pendirian Kota Denpasar.
“Kompromi sejarah itu biasa. Tidak hanya Denpasar, penetapan hari jadi kota-kota lainnya di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya dan lainnya juga berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan aspek-aspek historis,” tandas Wirawan. [b]
sumber
http://www.balebengong.net/kabar-anyar/2013/02/27/denpasar-pada-mulanya-sebuah-taman.html

Sejarah Kota Denpasar bali

Denpasar, Pada Mulanya Sebuah Taman

Pasar di Bali Tempo Doeloe
Menengok Denpasar dua seperempat abad silam.
Setelah 20 tahun merayakan hari ulang tahun dengan tonggak peresmian sebagai Kotamadya pada 27 Februari 1992, mulai tahun 2013 ini Denpasar merayakan hari jadi dengan mengambil tonggak pendirian Puri Denpasar tahun 1788. Itu sebabnya, perayaan HUT Kota Denpasar tahun ini ditandai sebagai hari jadi ke-225.
Penetapan tahun 1788 sebagai tonggak pendirian Kota Denpasar ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 tahun 2012 tentang Hari Jadi Kota Denpasar. Seperti apa sebetulnya Denpasar dua seperempat abad lalu?
Berikut sekelumit sejarah berdirinya kota Denpasar.
Pada mulanya adalah sebuah taman. Tapi, ini bukan sekadar taman. Ini taman kesayangan Raja Badung Kyai Jambe Ksatrya yang beristana di Puri Jambe Ksatrya di Pasar Satria sekarang hingga ke utara. Taman ini dilengkapi dengan tempat peraduan yang diperuntukkan khusus bagi tamu-tamu yang datang dari luar Badung.
“Kalau dibandingkan dengan sekarang, taman itu semacam villa peristirahatanlah,” kata AA Ngurah Putra Darmanuraga, tokoh Puri Pemecutan yang juga penekun sejarah.
Sang Raja dikenal suka bermain adu ayam. Pada masa itu, raja kerap mengundang raja-raja lain di Bali untuk bermain adu ayam. Raja-raja undangan itulah yang kerap ditempatkan di taman sang Raja.
“Taman itu diserahkan pengelolaannya kepada I Gusti Ngurah Made Pemecutan dari Puri Kaler Pemecutan atau Puri Kaler Kawan,” kata Damranuraga.
Taman itu terletak di sebelah utara pasar, tepatnya di rumah jabatan Gubernur Bali sekarang (Jaya Sabha). Awalnya pasar terletak di lapangan Puputan Badung sekarang, tapi pada zaman Belanda pasar itu dipindah ke dekat Tukad Badung sehingga dikenal sebagai Pasar Badung.
Karena terletak di utara pasar, taman itu diberi nama Taman Denpasar. Kata den dalam bahasa Bali memang berarti ‘utara’. Banyak daerah di Bali yang diawali dengan kata den yang menunjuk makna utara, seperti Denbukit (nama lain Buleleng yang berlokadi di sebelah utara gunung/bukit).
Pada tahun 1779 terjadi konflik antara Kyai Jambe Ksatrya dengan I Gusti Ngurah Rai. Padahal, I Gusti Ngurah Rai tak lain orang kepercayaan Kyai Jambe Ksatrya, terutama dalam hal permainan aduan ayam. Konflik ini berujung pada terbunuhnya Kyai Jambe Ksatrya.
Pascaterbunuhnya Kyai Jambe Ksatrya, kekuasaan dilimpahkan kepada I Gusti Ngurah Made Pemecutan. Pelimpahan kekuasaan kepada I Gusti Ngurah Made Pemecutan menandai berakhirnya kekuasaan Puri Jambe Ksatrya. Pasalnya, I Gusti Ngurah Made Pemecutan mendirikan istana baru di Taman Denpasar. Istana baru itulah dinamai Puri Denpasar. I Gusti Ngurah Made Pemecutan pun dinobatkan sebagai Raja Denpasar I.
Kompromi
“Puri Denpasar inilah yang di-pelaspas pada tahun 1788. Dalam tradisi Bali, upacara pemelaspas adalah bentuk peresmian sebuah tempat,” kata Guru Besar Sejarah Fakultas Sastra Unud yang juga Ketua Tim Peneliti Sejarah Kota Denpasar, AA Bagus Wirawan.
Itu sebabnya, tim peneliti merekomendasikan tahun 1788 sebagai tonggak kelahiran Kota Denpasar. Alasannya, ketika sebuah puri berdiri, itu berarti munculnya sebuah kota. Pasalnya, pada masa kerajaan puri menjadi pusat pemerintahan.
Selain itu, puri juga menjadi pusat budaya serta pusat perekonomian masyarakat karena di dekat puri berdiri alun-alun serta pasar.
“Sebelumnya nama Denpasar memang sudah muncul, tapi belum sebagai kota. Begitu dijadikan puri, saat itulah Denpasar itu berubah menjadi sebuah kota,” kata Wirawan.
Lantas, kapan tanggal dan bulan pendirian Kota Denpasar? Menurut Darmanuraga, merunut pada Raja Bandana Purana disebutkan Puri Denpasar dipelaspas pada hari Tumpek Landep, 1 Februari 1788. Tumpek Landep memang menjadi hari petoyan, wedalan atau patirtaan di Pemerajan Agung Puri Denpasar. Jika merujuk pada kalender 2200 tahun karya IB Suparta Ardana, pada tahun 1788 ada dua hari Tumpek Landep yakni 5 April 1788 dan 1 November 1788.
“Ada kemungkinan bulan Februari itu salah kutip. Yang benar mungkin 1 November 1788,” kata Darmanuraga.
Tapi, tim peneliti bersama Pemkot Denpasar dan DPRD Denpasar memutuskan tetap menggunakan tanggal 27 Februari sebagai hari jadi, tetapi tonggak tahun diambil 1788. Wirawan menyatakan hal itu sebagai bentuk kompromi sejarah. Tanggal 27 Februari tetap dipilih karena didasari pertimbangan masyarakat Denpasar sudah terbiasa merayakan hari jadi kotanya pada tanggal itu. Tapi, untuk kepentingan membangun kesadaran sejarah, tahun 1788 dipilih sebagai momentum tahun pendirian Kota Denpasar.
“Kompromi sejarah itu biasa. Tidak hanya Denpasar, penetapan hari jadi kota-kota lainnya di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya dan lainnya juga berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan aspek-aspek historis,” tandas Wirawan. [b]
sumber
http://www.balebengong.net/kabar-anyar/2013/02/27/denpasar-pada-mulanya-sebuah-taman.html

Sejarah Kota Makasar

I. PENDAHULUAN

Kota Makassar pada masa H.M.Dg.Patompo (1965-1978) menjabat Walikotamadya Makassar, yaitu tanggal 1 September 1971 berubah namanya menjadi Kota Ujung Pandang setelah diadakan perluasan kota dari 21 km² menjadi 175,77 km². Namun kemudian, pada tanggal 13 Oktober 1999 berubah kembali namanya menjadi Kota Makassar.

Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam), Makassar, Indonesia.
Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam), Makassar, Indonesia.
Kota Makassar biasa juga disebut Kota Daeng atau Kota Anging Mamiri. Daeng adalah salah satu gelar dalam strata atau tingkat masyarakat di Makassar atau di Sulawesi Selatan pada umumnya, Daeng dapat pula diartikan "kakak". Sedang Anging Mamiri artinya “angin bertiup” adalah salah satu lagu asli daerah Makassar yang sangat populer pada tahun 1960-an. Lagu ini sangat disukai oleh Presiden Republik Indonesia, Ir.Soekarno ketika berkunjung ke Makassar pada tanggal 5 Januari 1962.

Secara geografis Kota Makassar berada pada koordinat antara 119º 18' 27,79" - 119º 32' 31,03" Bujur Timur dan antara 5º 3' 30,81" - 5º 14' 6.49" Lintang Selatan, atau berada pada bagian barat daya Pulau Sulawesi dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 - 25 m. Karena berada pada daerah khatulistiwa dan terletak di pesisir pantai Selat Makassar, maka suhu udara berkisar antara 20º C - 36º C, curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm, dan jumlah hari hujan rata-rata 108 hari pertahun. Iklim di kota Makassar hanya mengenal dua musim sebagaimana wilayah Indonesia lainnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan Oktober sampai April yang dipengaruhi muson barat - dalam bahasa Makassar disebut bara’ -, dan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai dengan September yang dipengaruhi angin muson timur – dalam bahasa Makassar disebut timoro -. Pada musim kemarau, daerah Sulawesi Selatan pada umumnya sering muncul angin kencang yang kering dan dingin bertiup dari timur, yang disebut angin barubu (fohn).

Dengan perluasan wilayah Kota Makassar menjadi 175,77 km2, maka batas-batas wilayahnya berubah, sebagai berikut:

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), dan Kabupaten Maros.
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa.
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Dalam kehadirannya, Kota Makassar mempunyai pengalaman sejarah tersendiri yang sangat berkaitan dengan sejarah Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya sebagai bagian dari suatu keterikatan baik dalam geologi, iklim, fauna, flora, dan penduduk yang keseluruhannya adalah ciptaan ALLAH S.W.T, maupun keterikatan dalam tingkat kehidupan dalam masyarakat, budaya dan sistem pemerintahannya. Seperti diketahui, Sulawesi Selatan terdiri atas empat rumpun suku, yaitu : Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja.

Menurut penelitian para sejarawan, pada zaman prasejarah, perkembangan manusia di Sulawesi Selatan sudah menunjukkan pada tingkat kehidupan perundagian (zaman pertukangan) dengan ditemukannya perkakas peninggalan masa lampau berdasarkan penemuan-penemuan yang dilakukan oleh beberapa ahli prasejarah, antara lain adalah:
  1. Fritz Sarasin dan Paul Sarasin dua bersaudara bangsa Swiss, dalam tahun 1920 menemukan budaya suku Toala (Pannei) di Maros dan Pangkajene dan Kepulauan. Oleh Van Stein Callenfels menetapkan umur budaya Toala 300 - 500 S.M.
  2. H.R.van Heekeren, mengadakan penelitian di Sulawesi Selatan. Di Cabbenge (Soppeng) ditemukan fosil hewan pertama serta alat-alat serpih dan kapak perimbas yang berasal dari kala Pliosen Akhir. Di Leang Codong dekat Citta Soppeng, dalam tahun 1937 ditemukan 2.700 buah gigi yang diperkirakan mewakili 2.657 orang yang berasal dari masa Holosin. H.R.van Heekeren melanjutkan penelitian di Kabupaten Maros yaitu di Goa Saripa, ditemukan banyaknya mata panah yang disebut Lancipan Maros.
  3. Van Stein Callenfels melakukan ekskavasi di daerah Bantaeng dan Gua Batu Ejaya, ditemukan antara lain mata-uang Belanda, gerabah, dan beliung persegi. Di samping itu, ditemukan juga sebuah gelang perunggu, oleh Van Stein Callenfels menetapkan umur lapisan 300 S.M.
  4. Temuan-temuan dari kala Pasca-Plestosen dalam gua-gua antara lain, Leang Karassa (Goa Hantu) ditemukan rangka manusia dan alat serpih bilah (pisau atau alat penusuk dibuat dari batu digunakan untuk berburu dan perkakas keperluan rumah tangga) yang merupakan unsur budaya Suku Toala, di Leang JariE dan PataE, Maros ditemukan lukisan cap tangan dan babi.

Arca Buddha dari mazhab seni Amaravati ditemukan di Mamuju
Arca Buddha dari mazhab seni Amaravati
 ditemukan di Mamuju
Selain itu, di Sikendeng, Sampaga, Mamuju ditemukan arca Buddha yang terbuat dari perunggu berasal dari mazhab seni Amaravati,India Selatan yang berkembang pada abad ke 2 hingga abad ke 5 Masehi yang menunjukkan adanya hubungan serta pengaruh tertua budaya India di Sulawesi Selatan atau di Indonesia. Di Makassar (Ujung Pandang) ditemukan sebuah kapak yang sangat besar, panjang 70,5 cm terbuat dari perunggu dengan hiasan menyerupai bejana yang dapat diisi air, disebut "Kapak Makassar" serta ditemukan juga gerabah-gerabah (alat memasak yang dibuat dari tanah liat) dari hasil penggalian. Gerabah ini berasal dari Kalumpang di tepi Sungai Karama, Mamuju yang menyebar ke Maros, Makassar, Takalar, dan Bantaeng. Kalau ditinjau corak gerabah, maka masa perkembangannya mencakup masa bercocok-tanam dan masa perundagian.

Pada tahun 1960-1966, penduduk mengadakan penggalian di beberapa tempat di Sulawesi Selatan seperti di Daerah Pinrang, Polewali, Gowa, dan beberapa daerah lainnya, dengan kedalaman 0,50 m sampai 2,00 m, ditemukan alat-alat rumah tangga (piring, mangkuk, guci, basi, cangkir dan lain-lain) yang mempunyai nilai seni, budaya, dan ekonomis yang tinggi yang pada umumnya berasal dari Cina dan Siam. Hasil dari penggalian ini menunjukkan adanya hubungan dagang dan kebudayaan antara penduduk Sulawesi Selatan dengan bangsa Cina.

Di Pulau Barrang Lompo, Makassar, terdapat nisan dari kuburan Islam yang menyerupai menhir (batu tegak sebagai batu peringatan pemujaan arwah leluhur) setinggi 1,50 m yang merupakan tradisi megalitik setelah tradisi bercocok-tanam.

Memasuki masa sejarah, yaitu dengan adanya beberapa catatan-catatan mengenai Sulawesi Selatan antara lain dilakukan oleh Tome' Pires (1513), Pinto (1544), Antonio Galvao, Willem Lodewycksz (1596). Tome' Pires adalah seorang ahli obat-obatan dari Lisbon, Portugis, setelah Malaka ditaklukkan Portugis pada tanggal 24 Agustus 1511 melakukan perjalanan kebeberapa daerah di Indonesia pada tahun 1513-1515, antara lain di Sulawesi Selatan mencatat perjalanannya dalam Suma Oriental yang menyajikan tentang orang Makassar, kemudian oleh Armando Costesao menulisnya dalam Bahasa Inggris dan diterbitkan pada tahun 1944. Petunjuk berikutnya adalah "tulisan lontara" baik yang dibuat oleh Daeng Pammate pada masa Raja Gowa Tumapa'risi Kallonna (1510-1546), maupun penulis lontara lainnya yang mencatat beberapa kejadian-kejadian penting yang terjadi di dalam Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.

Aksara Bugis - Makassar (naskah kuno) yang tertulis  diatas daun lontar (Borassus flabellifer).
Aksara Bugis - Makassar (naskah kuno) yang tertulis 
diatas daun lontar (Borassus flabellifer).
Dengan jatuhnya Kota Malaka yang merupakan kota pelabuhan dan pusat perdagangan ketangan Portugis, terjadi perubahan arus pedagang dari Kota Malaka ke beberapa kota-kota di Nusantara, antara lain, Pidie, Jambi, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Tuban, Gresik, Makassar, dan Banda, menjadikan kota-kota tersebut ramai dikunjungi pedagang.

Pada waktu Agama Islam mulai masuk di Kerajaan Gowa dan Tallo pada tahun 1605, Makassar yang merupakan Ibukota Kerajaan Gowa menjadi suatu kota yang ramai dengan kedatangan pedagang-pedagang dari berbagai penjuru termasuk bangsa Portugis, Inggris, dan disusul kemudian oleh bangsa Belanda yang berhasil menguasai Kerajaan Gowa setelah jatuhnya Benteng Ujung Pandang pada tahun 1667 dan Benteng Somba Opu pada tahun 1669, yang kemudian membentuk sistem pemerintahan kolonial hingga menjadi sistem pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Regeerings-Reglement 1815 dengan pusat pemerintahan di dalam Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam).

Belanda yang telah menguasai sebagian besar daerah Sulawesi Selatan sejak jatuhnya Benteng Ujung Pandang dan Benteng Somba Opu, mendapat terus perlawanan baik dari raja-raja maupun dari rakyat di Sulawesi Selatan dan tidak pernah putus sampai pecahnya Perang Pasifik pada akhir tahun 1941.

Memasuki tahun 1942 di Makassar terjadi perubahan sistem pemerintahan Belanda ke sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Tentara Jepang setelah menduduki seluruh wilayah Indonesia. Namun pemerintahan yang dijalankan oleh Tentara Jepang hanya berjalan selama 3½ tahun berhubung karena terbentuknya Negara Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah kemerdekaan dicapai oleh Bangsa Indonesia, rakyat belum dapat menikmati hasil perjuangannya yang telah beratus tahun diperjuangkan. Belanda kembali menguasai sebagian besar wilayah Indonesia dengan membentuk negara-negara serikat (federal). Makassar dijadikan basis untuk membentuk Negara Indonesia Timur sampai akhirnya Negara Indonesia Timur bubar dengan sendirinya setelah terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950.

Negara Kesatuan Republik Indonesia beberapa kali mengalami perubahan sistem pemerintahan, termasuk bentuk dan susunan pemerintahan Daerah. Perubahan bentuk dan susunan pemerintahan Daerah dapat dilihat dengan adanya beberapa perubahan peraturan-peraturan tentang Pemerintahan Daerah baik yang ditetapkan dalam undang-undang maupun penetapan presiden, yaitu :
  1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tanggal 10 Juli 1948 tentang Pemerintahan Daerah, mulai diberlakukan pada tanggal 13 Maret 1950 berdasarkan Perpu Nomor 1 Tahun 1950.
  2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tanggal 17 Januari 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Nomor 6 Tahun 1957);
  3. Undang-undang Darurat Nomor 6 Tahun 1957 tanggal 30 Januari 1957 tentang Pengubahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 9);
  4. Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1959 (disempurnakan) tanggal 7 Nopember 1959 tentang Pemerintah Daerah, (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 129);
  5. Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 (disempurnakan) tanggal 10 Pebruari 1961 tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong dan Sekretariat Daerah. (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 6; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2145);
  6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tanggal 1 September 1965, tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 83);
  7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tanggal 23 Juli 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 No. 38; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037).

Sesuai dengan isi dan tujuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka pemerintahan Daerah terus disempurnakan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan (medebewind).

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 yang menitik beratkan otonomi daerah di Daerah Tingkat II belum dilaksanakan sepenuhnya, hanya dapat berlaku selama 25 tahun, terjadi lagi perubahan setelah adanya reformasi di bidang politik pada tahun 1998 yang melahirkan sistem pemerintahan daerah yang baru, yaitu dengan keluarnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tanggal 19 Mei 1999 tentang Pemerintahan Daerah, (LN RI Tahun 1999 Nomor 72, TLN Nomor 3851). Dalam undang-undang ini, diatur pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota didasarkan kepada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 di Kota Makassar berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2001, yang sebelumnya, yaitu pada tanggal 30 Desember 2000 ditandai dengan apel seluruh pegawai Pemerintah Kota Makassar di Lapangan Karebosi.

Melihat pertumbuhan dan perkembangan pemerintahan Kota Makassar sejak berdirinya Kerajaan Gowa sampai dengan pelaksanaan otonomi daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II dan dilanjutkan kepada pemberian otonomi yang seluas-luasnya, maka sejarah ini disusun dengan judul “Sejarah dan Perkembangan Pemerintahan Kota Makassar" dengan babak-babak sebagai berikut:
  1. Masa Kerajaan Gowa (1300 - 1815);
  2. Masa Hindia Belanda (1815 - 1942);
  3. Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945);
  4. Sesudah Proklamasi Republik Indonesia (17 Agustus 1945);
  5. Perluasan Kota Makassar.

sumber
http://nurkasim49.blogspot.com/2011/12/sejarah-dan-perkembangan-pemerintahan.html
Bentuk Rumah dan Perkampungan Bugis-Makassar

Sejarah

Sejarah Kota Magelang

Alun alun

Hari Jadi Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang; bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta.
Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Mantyasih sendiri memiliki arti beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan.
Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH. Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis diatas lempengan tembaga.
Prasasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja  Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh,sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan Gunung SUMBING.
Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas - luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota.
Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan arteri diperkeras dan diaspal.
sumber
www.magelangkota.go.id/tentang-magelang/sejarah